Senin, 19 Oktober 2015

TUGAS ARTIKEL TENTANG KOROSI PADA LOGAM BESI



Korosi

Korosi sangat sering kita dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Nama lain korosi disebut juga dengan karatan. Korosi sendiri umumnya terjadi pada benda-benda logam seperti BESI.
Pengertian Korosi

1.      Pengertian korosi (perkaratan)
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.

2.      Proses terjadinya perkaratan
Korosi terjadi melalui reaksi redoks, di mana logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat. Karat pada besi berupa zat yang berwarna cokelat-merah dengan rumus kimia Fe2O3·xH2O. Oksida besi (karat) dapat mengelupas, sehingga secara bertahap permukaan yang baru terbuka itu mengalami korosi. Berbeda dengan aluminium, hasil korosi berupa Al2O3 membentuk lapisan yang melindungi lapisan logam dari korosi selanjutnya. Hal ini dapat menerangkan mengapa panic dari besi lebih cepat rusak jika dibiarkan, sedangkan panci dari aluminium lebih awet.

Korosi secara keseluruhan merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.

Fe(s) à Fe2+(aq) + 2e

Elektron yang dibebaskan dalam oksidasi akan mengalir ke bagian lain untuk mereduksi oksigen.

O2(g) + 2 H2O(l) + 4e à 4 OH(l)

Ion besi(II) yang terbentuk pada anode akan teroksidasi membentuk besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi Fe2O3·xH2O yang disebut karat.









3.     Penyebab Terjadinya Perkaratan (Korosi)
Apa Penyebab Terjadinya Korosi? Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi dapat dibagi menjadi dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan lingkungan.

Faktor-faktor yang meliputi kemurnian bahan bahan, bahan struktural, bentuk kristal, unsur jejak hadir dalam materi, pencampuran teknik material dan sebagainya.

Faktor lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri dari asam, basa dan garam, baik dalam bentuk senyawa anorganik dan organik. Fluorin, hidrogen fluorida dan senyawa, yang dikenal sebagai persenyawaannya korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya digunakan untuk sintesis bahan organik.

Ammoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu normal dan tekanan, bahan ini dalam bentuk gas dan dilepaskan ke udara sangat mudah. Ammoniak dalam kegiatan industri umumnya digunakan untuk sintesis bahan organik, sebagai antibeku dalam peralatan pendingin, juga sebagai bahan untuk pembuatan pupuk. Berbagai partikel aerosol, debu dan gas-gas asam seperti NOx dan SOx bisa diubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) di udara. Oleh karena itu, udara menjadi terlalu asam dan gas-gas terlarut korosif dengan asam di udara. Dalam lingkungan dengan tingkat polusi tinggi, berbagai barang mulai dari komponen elektronik mikroskopis untuk jembatan baja semakin mudah rusak, bahkan hancur karena korosi.

Jenis-jenis Korosi

Tahukah sobat kalau ternyata ada banyak jenis korosi di kehidupan kita sehari-hari. Jika berdasarkan bentuk dan tempat terjadinya, sobat akan menemukan berbagai jenis korosi antara alin
a. Korosi Atmosfer
Korosi yang terjadi karena sebuah logam mengalami kontak langsung dengan udara dan mengalami proses elektrokimia.
b. Korosi Galvanis
Terjadi ketika dua buah logam beda potensial dihubungkan langsung di dalam senyawa elektrolit yang sama. Setelah dihubungkan akan terjadi aliran elektron dari logam kurang mulia (anoda) menuju ke logam yang lebih mulia (katoda). Karena kehilangan elektron maka logam kurang mulia menjadi bermuatan positif dan karena menerima aliran elektron maka logam yang lebih mulia menjadi bermuatan negatif. Ion positif dan negatif ini kemudian bereaksi membentuk karat.
c. Korosi Regangan
Korosi ini terjadi karena pemberian tarikan atau kompresi yang melebihi batas ketentuannya. Kegagalan ini sering disebut Retak Karat Regangan (RKR). Sifat retak jenis ini sangat spontan (tiba-tiba terjadinya), regangan biasanya bersifat internal atau merupakan sisa hasil perngerjaan (residual) seperti pengeringan, pengepresan dan lain-lain.
d. Korosi Arus Liar
Korosi arus liar ialah merasuknya arus searah secara tidak disengaja pada suatu konstruksi baja, yang kemudian meninggalkannya kembali menuju sumber arus. Prinsip serangan karat arus liar ini adalah merasuknya arus searah secara liar tidak sengaja pada suatu kosntruksi baja, kemudian meninggalkannya kembali menuju sumber arus.
e. Korosi Celah
Korosi celah ialah sel korosi yang diakibatkan oleh perbedaan konsentrasi zat asam. Karat ini terjadi, karena celah sempit terisi dengan elektrolit (air yang phnya rendah) maka terjadilah suatu sel korosi dengan katodanya permukaan sebelah luar celah yang basa dengan air yang lebih banyak mengadung zat asam daripada bagian sebelah dalam celah yang sedikit mengandung zat asam sehingga bersifat anodic.
f. Korosi Pelarutan Selektif
Korosi pelarutan selektif ini meyangkut larutnya suatu komponen dari zat paduan yang biasa disebut pelarutan selektif. Zat komponen yang larut selalu bersifat anodic terhadap komponen yang lain. Walaupun secara visual tampak perubahan warna pada permukaan paduan namun tidak tampak adanya kehilangan materi berupa takik, Perubahan dimensi, retak atau alur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar